Pages

Jumat, 09 Desember 2011

Seks Bebas di Jepang

Sekitar 2 minggu lalu ada acara talkshow di salah satu stasiun TV yang mengambil tema tentang seks bebas. Pakar hukum, psikolog, mahasiswa, ibu rumah tangga, dan berbagai profesi lain ikut dihadirkan untuk menyatakan pemikiran masing-masing.
Digelarnya talkshow semacam ini mungkin tak terlepas dari meningkatnya tindak sekuhara (pelecehan seksual) di angkutan umum seperti kereta sebagai penyangga utama transportasi darat, kantor, taman, bahkan sekolah di Jepang. Beberapa fakta yang cukup mengejutkan terkuak dalam acara ini. Salah satu peserta yang dihadirkan adalah pramuria kelas kakap yang sejak usia 14 tahun telah terjun dalam dunia pornoaksi. Orang yang mendorongnya untuk mengambil profesi ini tak lain tak bukan adalah IBU KANDUNGnya sendiri, sekaligus menjadi pengarah gaya dan produser dalam pengambilan foto-foto adegan syur sejak dia duduk di bangku SMP.
Terungkap pula 80% pelajar SMU di Jepang sudah pernah melakukan hubungan seks. Data menunjukkan bahwa hubungan paling awal dilakukan sejak duduk di bangku kelas 6 SD.
Konon Jepang memang produsen video biru terbesar di dunia. Selera pasar yang akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan ke arah anak-anak di bawah umur menjadikan anak SMP sebagai sasaran baru pelampiasan nafsu maksiat. Genre komik dan anime Jepang juga ada yang dikhususkan mengupas tema-tema seputar hubungan intim. Internet dan komik berbumbu XXX yang mudah diakses siapapun, termasuk anak di bawah umur mungkin menjadikan anak-anak tahu hal-hal tertentu sebelum waktunya.
Akan menjadi masalah besar jika materi pornografi dikonsumsi anak-anak dan remaja. Hal semacam ini hanya akan memberikan rangsangan kuat untuk melakukan hubungan seks padahal mereka belum siap untuk itu. Boleh dikatakan akibat negatif dari pornografi dan pornokasi adalah melahirkan banyak masalah sosial seperti kehamilan di luar nikah, putus sekolah, aborsi, single parent, penyebaran penyakit kelamin HIV/AIDS, tindak kriminal seks seperti perkosaan dan pembunuhan yang dipicu pelampiasan nafsu seks akibat mengkonsumsi materi pornografi.
Kenapa media-media XXX punya peranan yang dominan dalam perkembangan seks bebas?
Dr. Judith Reisman, pakar neuroscience (ilmu syaraf) Presiden Institut Edukasi media, California AS menyebutkan :
Kajian neuroscience membuktikan sebuah image yang menggetarkan emosi serupa gambar porno memicu reaksi biokimia yang kuat pada otak. Reaksi ini bersifat instan namun meninggalkan jejak ingatan permanen. Sekali saja cairan zat kimia ini tercipta di otak ia akan sulit bahkan tidak mungkin terhapus.
Ada semacam fenomena sabotase pada otak yang aneh ketika image tertangkap mata meski hanya 3/10 detik dan tersambung ke otak, maka secara alami otak akan mengalami pembentukan struktural lantas merekamnya menjadi memori.
Secara literal kita terus mengembangkan otak baru (new brain) pada setiap pengalaman visual yang kita alami. Gambar porno adalah image yang sangat kuat dan karena tekanan hormon libido memicu ketagihan
Oleh karena itu, anak-anak yang sudah mengkonsumsi materi pornografi rentan sekali mengalami fantasi-fantasi yang mendorong untuk berbuat yang tidak-tidak.
Masyarakat Jepang kurang mengenal norma agama dalam masyarakatnya, sehingga permasalahan yang tidak mengganggu orang lain tidak akan dipersoalkan. Tak dikenal sangsi berupa dosa atau dikucilkan bila seseorang ketahuan berbuat zina. Mabuk juga tidak dilarang, hingga akhirnya menjadi pemicu kecelakaan lalu lintas. Eksplorasi terhadap anak-anak di bawah umur juga tidak dilarang secara hukum, sehingga tindakan ibu-anak yang malang melintang dalam dunia pornografi tadi juga tidak salah secara hukum. Melakukan apa saja boleh asalkan tidak mengganggu orang lain.Sekitar 3 bulan yang lalu, salah satu penghuni asrama saya juga dikeluarkan gara-gara terngkap basah saat melakukan prornoaksi terhadap siswa SMU tetangga.
Seks bebas juga menjadi penyebar virus HIV yang utama. Sayangnya tayangan anti AIDS di TV justru terasa sangat janggal, aneh, dan tidak layak untuk diberi judul sebagai kampanye anti AIDS. Apa pasal?
Untuk mencegah AIDS adalah dengan safe sex, padahal hubungan seks adalah penyebab utamanya! Bukankah seharusnya kampanye mencegah seks bebas? Agama manapun saya pikir tidak ada yang mengajarkan seks bebas keapada umatnya. Kampanye yang ada justru memperlihatkan bahwa seks bebas itu aman dari AIDS asalkan pakai kondom. Mana ada?!
Usut punya usut, sponsor iklannya adalah perusahaan kondom. Pantas saja. Memang konsep yang bagus terkadang tidak bisa disampaikan secara baik. Konsep yang baik tapi dinilai kurang menjual di mata sponsor bisa jadi tidak pernah dilaunching. Realita kerap kali tak sesuai dengan harapan ideal.
Kembali ke masalah seks bebas di Jepang, nampaknya generasi muda Jepang saat ini sudah lengket dengan budaya ini. Meski masih jarang terlihat di depan umum (karena Bagaimanapun Jepang adalah salah satu negara asia yang konon katanya tahu malu), bukan berarti pemandangan anak muda yang berbuat menjurus ke arah pornokasi jarang di temui.
Sepulang dari Tsukuba hari Minggu lalu, di seberang tempat duduk ada sepasang muda-mudi yang tengil banget dah, bukan untuk dilihat pokoknya. Profesi ala gigolo pun sudah menjadi sangat umum hingga ditampilkan di TV, salah seorang junior saya katanya pernah pula ditawarin untuk jadi hosto (semacam gigolo ).
Terakhir, kesimpulan dari talkshow tadi, akan diusulkan hukum yang mengatur masalah pornografi. Anak di bawah umur 16 tahun tidak boleh dijadikan sasaran pornografi/pornoaksi. Mirip RUU Pornografi di Indonesia yang entah bagaimana juntrungannya itu. Tanya kenapa

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Gila, karena gambar doang nyampe harus ganti otak segala

Unknown mengatakan...

bahaya juga yahh dampaknya padahal cuma liat sekilas ~~"

Posting Komentar